Google
 

Monday, February 4, 2008

Pengobatan Tradisional Kerokan/Kerik

>

Buat kita bangsa Indonesia, terutama yang berdiam di pulau Jawa, kerik atau kerok sudah bukan rahasia lagi. Kalau badan terasa tidak enak, atau masuk angin, maka mereka minta di kerik/kerok. Kapan mulainya tradisi kerik ini, tidak seorangpun yang tahu.
Namun ilmu meringankan penyakit ini telah ada sejak sebelum penjajahan Belanda. Alat untuk mengerik, bisa dipakai uang logam/koin kalau jaman dulu gobangan (uang Belanda) yang tepinya sudah halus dan licin. Cara melakukannya, mula-mula uang gobang/koin ini di celupkan pada minyak kayu putih/minyak angin atau minyak kelapa. Yang pertama di kerik adalah bagian leher sebelah kiri dan kanan dari atas ke bawah sampai berwarna merah. Setelah itu turun ke bahu, juga sebelah kiri dan kanan sampai merah, tetapi bukannya menurun melainkan menyilang. Cara mengeriknya satu arah saja, bukannya bolak-balik yaitu dari kiri ke kanan yang disebelah kanan, sedang yang sebelah kiri dari kanan ke kiri. Setelah bahu selesai turun ke punggung. Caranyapun juga menyilang. Sesudah itu turun lagi beberapa centi ke bawah, hingga batas di atas pinggang. Demikian juga di bagian dada juga menyilang, terus turun ke bawah, hingga batas diatas perut. Setelah kerik, sebaiknya badan dibersihkan sekaligus dihangatkan memakai air hangat gunanya juga untuk melancarkan kembali darah yang membendung, atau di baluri obat gosok supaya badan menjadi hangat. Namun sebaiknya setelah kerik tidak langsung mandi air dingin. Dianjurkan setelah kerik, minum wedang jahe dengan sedikit dicampur gula aren dan sedikit madu.

No comments: