Peneliti Pusat Bioetika dan Humaniora Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM), dr Nawi Ng MPH, mengatakan merokok memperlemah paru-paru. Kalau seseorang merokok terus paru-parunya akan semakin lemah. Pada saat paru-paru lemah akan lebih mudah terinfeksi kuman TB. Karena itu rokok meningkatkan risiko keparahan TB, kekambuhan, dan kegagalan TB. Bagi perokok pasif (orang yang tidak merokok, tetapi terpapar asap rokok) pun bisa lebih mudah terinfeksi kuman TB dan infeksi kuman lainnya. Untuk itu, lanjut Nawi, sangat penting bagi penderita TB yang sudah sembuh untuk menjaga kekuatan paru-parunya dengan menjauhi rokok. Seseorang yang penyakit TB-nya dinyatakan sembuh, tetapi kemudian merokok lagi, dia akan lebih mudah terinfeksi oleh kuman TB lagi. Karena berapa pun jumlah rokok yang dihisap dan apa pun jenis rokoknya tetap akan berbahaya bagi paru-paru penderita TB. Dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), dari Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI/RS Persahabatan juga mengatakan bahwa kebiasaan merokok memperburuk gejala TB. Demikian juga dengan perokok pasif yang mengisap asap rokok, akan lebih mudah terinfeksi kuman TB. Karena asap rokok berdampak buruk pada daya tahan paru terhadap bakteri. Penelitian pada penghuni penjara di California, AS, juga menemukan bahwa para perokok secara bermakna lebih sering mengalami konversi mantoux dibandingkan dengan yang tidak merokok. Penelitian lain oleh Kapisysi dan kawan-kawan menemukan bahwa kejadian TB dengan BTA (basil tahan asam) positif ternyata lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Kebiasaan merokok membuat seseorang jadi lebih mudah terinfeksi TB, dan angka kematian akibat TB akan lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Di Amerika Serikat (AS) para perokok yang telah merokok 20 tahun atau lebih ternyata 2,6 kali lebih sering mendapat TB daripada yang bukan perokok. Kebiasan merokok meningkatkan mortalitas akibat TB sebesar 2,8 kali. Angka ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan rasio mortalitas pada penyakit jantung iskemik, yaitu 1,6 kali, dan penyakit serebrovaskuler (1,5 kali). Data lain yang dimuat di British Medical Journal menyebutkan bahwa orang Vietnam yang migrasi ke Australia punya angka TB tertinggi dibandingkan dengan berbagai etnik lain di Australia. Hal ini diduga karena tingginya kebiasaan merokok yang membuat mereka lebih mudah terkena infeksi, termasuk TB. Selanjutnya laporan lain dari Cina menyebutkan, perokok ternyata lebih sering mendapat TB dan kebiasaan merokok memegang peran penting sebagai faktor penyebab kematian pada TB. Di India TB adalah salah satu penyebab utama kematian para perokok. Sekitar 20 persen kematian akibat TB di India berhubungan dengan kebiasaan merokok mereka. Keuntungan berhenti merokokBagi penderita TB yang perokok harus menghentikan rokoknya. Bila berhenti merokok ada banyak keuntungan bagi kesehatan pribadi, keluarga, maupun orang-orang di sekitarnya. Beberapa keuntungan yang dimaksud antara lain: - Anda akan bernapas lebih lega.- Kadar oksigen dalam darah akan meningkat dan Anda akan merasa lebih bergairah dan lebih segar.- Setelah beberapa hari, kemampuan Anda untuk mencium bau-bauan akan meningkat dan makanan/minuman yang dikonsumsi lebih terasa kenikmatannya.- Setelah beberapa bulan batuk-batuk dan rasa lelah yang sering dialami oleh perokok akan semakin berkurang.- Setelah 5-10 tahun, risiko terserang stroke berkurang, hingga hampir sama dengan orang yang tidak pernah merokok.- Anak dan isteri tidak akan terkena dampak buruk dari asap rokok.- Anda akan menjadi teladan yang baik bagi anak-anak jika berhenti merokok. Mengendalikan hasrat merokok.- Buanglah asbak, korek api, dan bersihkan rumah Anda dari bau rokok.- Hindari situasi, waktu, dan tempat-tempat yang dapat menimbulkan keinginan untuk merokok. Bergaullah dengan orang-orang yang tidak merokok.- Sibukkan diri Anda dengan aktifitas pekerjaan atau hobi.- Mintalah orang terdekat Anda untuk selalu mengingatkan bahwa Anda sedang berusaha untuk berhenti merokok.- Tariklah napas dalam-dalam dan keluarkan secara perlahan untuk mengurangi keinginan tersebut.- Bila gangguan untuk berhenti merokok muncul dari orang lain, katakan saja, 'dokter telah menganjurkan saya untuk berhenti merokok, karena rokok telah mengganggu kesehatan saya, atau saya sedang berusaha untuk berhenti merokok. Sumber: Republika
No comments:
Post a Comment